Kidung Harsawijaya
menceritakan tentang jatuhnya kerajaan Singasari dan munculnya kerajaan baru
yang berlandaskan pada kerajaan sebelumnya, Majapahit. Singasari dipimpin oleh
raja yang bernama Narashinga, beserta permaisurinya raja memiliki putera
bernama Harsawijaya. Harsawijaya adalah putera raja yang cerdas, tampan dan
gagah berani.
Sepeninggal raja
narashinga dan permaisurinya takhta kerajaan diwariskan secara sementara kepada
sepupu raja, Kertanegara sampai pangeran Harsawijaya sudah cukup umur untuk
bertakhta menggantikan ayahnya. Namun selama kepemimpinan Kertanegara kerajaan
Singasari mengalami kemunduran, banyak para brahmana dan para pejabat tinggi
mengundurkan diri karena tidak setuju dengan cara Kertanegara menggunakan
kekuasaannya. Ketika Harsawijaya sudah cukup umur untuk dinobatkan sebagai
raja, Kertanegara mengundurkan diri dan memutuskan untuk menyerahkan puterinya
sendiri Puspawati dan Pusparasmi kepada Harsawijaya untuk dijadikan isteri.
Kemudian Anengah,
sang patih mengusulkan agar diadakan suatu ekspedisi ke Melayu dan memaksa raja
negri itu untuk menyerahkan kedua puterinya Dara Petak dan Dara Jingga kepada
Harsawijaya untuk dijadikan permaisuri. Raganata pun juga sudah memperingatkan
bahwa Jayakatwang raja Kadiri sudah lama tidak menghadap ke Singasari namun
peringatan dari Raganata diabaikan dan istana pun dibiarkan dengan pasukan
penjaga yang sangat minim. Akhirnya ekspedisi dimulai dari Tuban. melihat
keadaan keraton yang tidak dilindungi oleh pasukan-pasukan maka Wiraraja
pejabat yang dipecat pada masa pemerintahan Narashinga menggunakan kesempatan
itu untuk balas dendam. Segera Wiraraja mengutus anaknya Wirondaya untuk datang
ke Kadiri menghasut Jayakatwang agar ia memberontak Singasari. kemudian
Jayakatwang meminta nasihat kepada patihnya, patihnya pun menyarankan untuk
tidak menyianyiakan kesempatan itu dan kembali merebut kemerdekaannya. Akhirnya
Jayakatwang membagi pasukannya menjadi dua bagian, pasukan pertama menyerang
dari arah utara dan pasukan kedua dari arah selatan. Pasukan dari arah utara
berhasil dikalahkan oleh Singasari namun tidak menyangka bahwa pasukan dari
selatan yang sebelumnya bersembunyi dihutan telah memberontak didalam keraton,
akhirnya Singasari lumpuh, Kertanegara tewas dan Harsawijaya lari ke arah timur
karena tidak mampu melawan pasukan Kadiri. akhirnya kemenangan saat itu
ditangan Daha (Kadiri).
Suatu malam
Harsawijaya melakukan serangan mendadak, ia mampu merebut anak sulung dari
Kertanegara (Puspawati) namun anak bungsu (Pusparasmi) dibawa oleh pasukan
Kadiri. Karena Harsawijaya tidak memungkinkan untuk melakukan serangan maka
Harsawijaya melanjutkan pelariannya menuju pertapaan Santasmerti, di pertapaan
itu para Brahmana sudah menunggu rombongan Harsawijaya, mereka menyambutnya
dengan baik, bahkan para Brahmana menyarankan Harsawijaya menyebrang ke Madura
untuk meminta bantuan Wiraraja. Di Madura Harsawijaya menyusun siasat dengan
Wiraraja untuk merebut kembali puteri Kertanegara dan tahta orang tuanya.
Wiraraja menganjurkan untuk mengunjungi Jayakatwang, untuk menjajaki apakah
Jayakatwang masih berbaik hati kepada Harsawijaya, akhirnya Harsawijaya bersama
Pusparasmi dan sisa rombongannya menuju Kadiri, sebelumnya Ronggo Lawe telah
menyampaikan kepada Raja maksud dan tujuan dari Harsawijaya. Jayakatwangpun
menerima permohonannya.
Ekspedisi melayu
berhasil dilakukan, para rombongan membawa 2 puteri raja, namun mendengar
Singasari telah dikuasai oleh Kadiri para rombongan memutuskan untuk membantu
Harsawijaya untuk merebut tahta kerajaannya.
pada waktu itu Raja Daha mengadakan upacra galungan, Harsawijayapun menyarankan
untuk mengadakan suatu pertandingan ketrampilan bersenjata antara ksatria Daha
dengan Singasari. Lama kelamaan Taman Sari Sri Baginda terasa sempit karena
rombongan Singhasari kian bertambah. Atas nasihat Sang Patihnya, Raja Daha
memutuskan Harsawijaya dan rombongan pindah ke Trik letaknya tidak jauh dari
Daha tetapi merupakan hutan belantara lebat. Esok harinya rombongan Harsawijaya
menuju ke lokasi yang telah ditentukan. Wiraraja dan penduduk Madura pun
membantu membersihkan dan menata hutan Trik menjadi hunian pemukiman dan sejak
itu Hutan Trik menjadi Majapahit. Segera setelah Hutan Trik dibuka dan menjadi
hunian pemukiman yang cukup luas, Harsawijaya mohon izin untuk menetap
selamanya. Jayakatwang pun sadar akan bahaya yang mengancam dirinya, namun dia
menerima nasibnya bahwa 'hidup di dunia selalu diiringi untung dan malang silih
berganti dan tidak ada sesuatu pun yang lestari' Namun untuk waktu cukup
lama hubungan antara Daha dan Majapahit terjalin baik. namun kemudian
Harsawijaya memutuskan untuk segera melaksanakan rencananya untuk mengadakan
serangan terbuka ke Daha, tetapi Ronggo Lawe menyarankan untuk minta nasihat
dulu kepada Wiraraja. Wiraraja memutuskan untuk meminta bantuan kepada raja
Tatar, dan sebagai umpan ditawarkannya anak dari Jayakatwang, Ratna Kesari.
Sambil menanti pasukan Madura dan sekutu dari Tatar, Harsawijaya merayakan
pernikahannya dengan Puspawati.
Mendengar bahwa pasukan Tatar sudah sampai di Canggu, Jayakatwang merasa bahwa
sebagai Raja dia tidak boleh mundur ia menyadari bahwa pada akhirnya kekuasaan
Jawa akan jatuh ke Majapahit. Sementara itu Harsawijaya membentuk pasukannya
menjadi tiga sudut, Majapahit, madura dan Tatar. Mereka sepakat untuk bertemu
di Bobot Sari. Tidak lama musuh pun nampak, terjadilah pertempuran, pasukan
Daha menyerang dengan gagah berani namun kalah banyak dengan pasukan Majapahit.
Datanglah Jayakatwang diatas gajah siap untuk bertarung dengan Harsawijaya,
namun Harsawijaya justru merasa bimbang ketika menghadapi raja yang
pernah menjadi teman dan pelindungnya, namun Jayakatwang tetap duduk dan
bersemedhi, dengan segera tubuhnya lenyap keatas, melihat itu para prajurit terkejut
dengan hal yang gaib itu. Kemudian para prajurit tartar mundur, Harsawijaya
menuju Daha untuk melindungi para penghuni keputrian, namun ternyata semuanya
bunuh diri setelah mendengar kematian raja, hanya Pusparasmi saja yang berhasil
dihalangi oleh sang ratu dan Ratna Keswari. Akhirnya Harsawijaya meminta
beberapa pengawal untuk mengantar puteri ke Majapahit, sedangkan ia sendiri
menuju Bobot Sari.
kemudian raja Tatar mengutus patihnya untuk meminta putri yang telah dijanjikan
sebelumnya. Namun Wiraraja menyampaikan bahwa sang putri meninggal bunuh diri
bersama warga istana Daha. Hal itu membuat raja Tatar kecewa dan marah, ia
memutuskan untuk berbalik merebut Pusparasmi. Harsawijaya bersiaga ketika
pasukan tar tar mendekat, ia tidak ingin kehilangan Pusparasmi, maka ia
memastikan dan bertanya kepada Pusparasmi apakah sang putri bersedia menjadi
isteri raja Tatar namun Pusparasmi menolaknya dengan marah. Akhirnya terjadi
pertempuran, pasukan Tatar kalah telak dan rajanya pun meninggal. Setelah pasukan
Majapahit menang Harsawijaya mengundang Mpu Santasmrti yang bersemayam di
himagiri untuk melakukan upacara pensucian dan penobatan Harsawijaya sebagai
raja. Namun selang satu bulan Brahmana baru sampai di Majapahit, penobatan
terjadi pada tanggal 15 bulan karttika. Harsawijaya diberi gelar Kertarajasa
Jayawardhana. Dan mulai pada saat itu semua sahabat-sahabat
seperjuangannya diangkat menjadi pejabat tinggi. Dan semua pulau-pulau
dinusantara mengakui bahwa kedaulatan Majapahit sebagai pemimpin mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar