Tumplak Punjen
Dalam adat jawa menandai mantu terakhir. Tumplak artinya
tumpah (keluar semua) karena wadah di tumpahkan. Ditumplak artinya ditumpahkan,
dikeluarkan semua (Poerwodarminta, 1939: 614). Punjen artinya dipanggul. Yang dipanggul adalah tanggung
jawab yakni tanggung jawab orang tua terhadap anaknya. Tumplak punjen artinya
semua anak yang dipunji (menjadi tanggung jawab orang tua) telah dimantukan (ditumplak).
Secara umum Tumplak punjen adalah dengan cara menumpahkan punjen (pundi-pundi)
yang berisi peralatan tumplak punjen.
Tujuan
dan Makna
a. Tasyakur
(puji syukur) kepada Allah SWT, karena telah menuntaskan tanggung jawab untuk
menikahkan putrinya
b. Memberitahukan
kepada kerabat bahwa tugas untuk menikahkan putrinya telah selesai.
c. Memberutahu
kepada anak bahwa tugas orangtua telah selesai.
d. Tanda cinta
kasih orangtua kepada anak
e. Tanda bakti
anak kepada orangtua (ditandai dengan sungkeman)
f. Teladan agar
suka bersedekah kepada sesame.
g.
Harapan dan doa
orang tua untuk kebahagiaan anak cucu.
Pelaksanaan
Tumplak punjen dilakukan pada rangkaian acara Panggih Penganten yaitu
sebelum Besan Mertua atau Mapag Besan (menjemput besan).
Tata caranya
sebagai berikut:
a.
Sambutan dari
wakil putra-putri yang ditujukan untuk bapak ibu
b.
Jawaban dari
bapak ibu
c.
Sungkeman, mulai
dari anak sulung sampai keanak bungsu (penganten) beserta pasangan
masing-masing (menantu). Saat sungkeman orang tuamemberikan kantung kecil yang
berisi biji-bijian, beras kuning, empon-empon, bunga sritaman dan uang logam. Boleh
juga berupa hadiah yang lebih besar nilainya (missal : perhiasan). Kantung-kantung
kecil tersebut diambil dari bokor kencana (bokor keemasan). Isi bokor
selengkapnya adalah kantung dan uang, biasa di sebut udhik-udhik.
d.
Setelah sungkeman
selesai, orang tua menyebar isi bokor (udhik-udhik) dan semua anak cucudan para
tamu, boleh berebut. Udhik-udhik disisakan sedikit untuk tata laksana
berikutnya.
e.
Sisa udhik-udhik
ditumplak (ditumpahkan) di depan mempelai.
f.
Selesai.