Kamis, 03 Oktober 2013

SESAJI KEMBAR MAYANG


KEMBAR MAYANG
Kembang Mayang adalah sepasang rangkaian hiasan dari beberapa buah dan bunga. Kembang mayang dipercaya sebagai kembang yang sakral, sebuah sarana pada temu penganten Jawa.   Maknanya sebagai perlambangan terbentuknya keluarga baru. Kembang Mayang merupakan bunga pinang yang mekar, berurai indah dan berbau wangi. Kembang ini melambangkan kemeriahan, kesakralan, keagungan dan keindahan dalam acara pernikahan para bangsawan atau penobatan raja karena dianggap baik dan penuh makna budaya ini kemudian menjadi sebuah keharusan yang bersifat sakral. Bermula dari Legenda lakon partakrama. Dewi Supraba bersedia dipersunting Dananjaya dengan syarat sebagai “bebana” sang Dewi minta “kembar mayang khayangan” berupa “klepu jayadaru dewadaru”. Klepu adalah kayu kalpataru dianggap sebagai pohon kehidupan yang berpengaruh baik terhadap lingkungan. Mpohon ini didambakan oleh Dewi Supraba. Untung ada para Pandawa yang sanggup meminjam kembar mayang ini dari khayangan. Tujuan dari ditampilkannya kembar mayang sebagai berikut:
1.      Untuk acara temu penganten
2.      Sebagai penangkal bahaya
3.      Penghormatan pelantikan pejabat
4.      Penghargaan terhadap seseorang yang telah bertindak sebagai pahlawan.
Kembar mayang yang dipakai untuk temu pengantin berperan sebagai pasren yakni perhiasan yang ditaruh disebelah kiri dan kanan dekat kursi pengantin wewarah yakni petunjuk, nasehat mengarungi hidup baru.
Sesaji Kembar Mayang
Bahan-bahan untuk membuat kembang mayang yaitu:
1.      Batang pisang perlambang tahan hidup, lurus, kuat, mudah menyesuaikan diri walau iklim selalu berubah, dahannya selalu berair dingin menandakan tentram.
2.      Mayang, Bunga Pinang maknanya indah dan semerbak wangi.
3.       Janur kuning, warna keemasan menandakan kemegahan, bahagia.
4.      Daun andong, hijau panjang menjuntai bermakna penuh penghormatan
5.      Daun Girang menandakan ceria gembira.
6.      Daun Beringin bermakna kokoh mengayomi, memasyarakat, member kesejukan.
7.      Cengkir gadhing bermakna suci, penuh harapan dan teguh hati.
8.      Nanas bermakna indah, nyaman, menawan, segar.
9.      Melati putih bersih dan wangi bermakna kasih suci hingga sanubari.
10.  Kembang Kanthil maknanya selalu ingin dekat, damai, aman dan bahagia.
11.  Padi dan kapas maknanya kemakmuran sandang pangan.
12.  Tebu wulung bermakna teguh lurus, segar, manis.
13.  Beberapa daun lain sebagai keselaman dan kemuliaan.
Syarat pembuatan dan kegunaan kembang mayang
1.      Harus memakai bahan pilihan trebaik, harus dikerjakan dalam waktu tak ada keperluan lain, sekali membuat harus bisa jadi dan selesai, tidak boleh ditunda atau dilanjutkan jam atau hari lain, dikerjakan diruang yang bersih dan terhormat, pekerjaan di awali dengan doa dan diakhiri dengan doa syukur.
2.      Acara ngupadi untuk memperoleh bahan-bahan kembang mayang.
Secara adat ada tiga pameran pencari kembang mayang yaitu:
·         Orang tua pengantin maknanya memberi bekal hidup.
·         Wakil ngupadi yaitu ‘penjaga’ kembar mayang maknanya sebagai penasehat bahwa sarana ini hanya ‘meminjam’ yang didapat dari perjuangan berat, maka pengantin harus menebusnya dengan selalu berjuang bagi kehidupan rumah tangganya.
·         Bidadari-bidadari pengawal kembar mayang maknanya awal dari kemegahan ini jangan sampai hanya hari ini tetapi keluarga baru ini harus selalu berjuang agar masa depan mempunyai kehidupan segemerlap ini.
3.      Kembar mayang diletakkan tepat pada malam hari midodareni di depan kiri kanan kursi pengantin diiringi gending khusus ilir-ilir.
4.      Kembar mayang sebagai pendamping temu dalam upacara panggih. Ada beberapa cara :
ü  Dibiarkan tetap di depan pekaminan.
ü  Dibawa masing-masing untuk pendamping pengantin puteri dan putera.
ü  Masing-masing kembang lalu dipertukarkan.
ü  Kembar mayang diangkat untuk mendampingi kedatangan pengantin pria.
5.      Pengembalian kembar mayang kepada pemiliknya di maksudkan kembang mayang ini hanya pinjaman, maka harus dikembalikan kepada pemiliknya yakni Pencipta Alam. Caranya dengan kembar mayang ditaruh di perempatan jalan, dilabuh di sungai. Namun sekarang sudah mengalami perubahan yaitu membuangnya ke laut jika kejauhan bisa juga di buang di hutan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar