Sabtu, 12 Oktober 2013

Siraman

            Siraman merupakan upacara kembang bagi segala keperluan, tetapi utamanya bagi calon pengantin wanita dan pria sehari sebelum panggih.
Macam-macam upacara siraman
1.      Siraman pusaka  di sebut Jamasan biasanya pada 1 sura
2.      Siraman mitoni bagi ibu hamil
3.      Siraman Sukeran bagi gadis yang haid pertama kali
4.      Siraman Supitan bagi anak lelaki yang disupit
5.      Siraman Ruwatan bagi penyandang sukerta
6.      Siraman bagi pengantin
Siraman dikenal pula sebagai adus kembang atau adus pamor di sebut demikian karena airnya diambil dari 7 sumber mata air yang bersih yang di campur jadi satu (air pamorsih), ditaruh disebuah polongan besar (guci bagus) diberi bunga 7 rupa, ada baiknya jika air diambil dari tempuran yakni tempat bertemunya 2 hilir air sungai sebagai perlambang ikatan baru keluarga atau dua insane yang saling mencintai.
Tujuan Siraman untuk memohon berkah kepada Allah, menghilangkan segala gangguan dan pengaruh buruk, membersihkan diri dari kotoran-kotoran ( rereged, kotor raga dan kotor rasa ), terbebas dari segala pikiran dan beban masa lalu dan mencari kesegaran raga dan rasa sehingga sukses menempuh hidup baru.
Siraman diadakan pagi atau sore hari. Siraman pagi berarti menurut kebiasaan para bidadari yang senang mandi pagi hari sehingga calon pengantin bisa secantik bidadari. Tempat siraman bisa dimana saja, biasanya dibutkan sebuah taman dengan krobongan berhiaskan tatanan tanaman daun dan bunga indah sehingga tercipta taman sari yang cantik mempesona. Yang nyirami pengantin adalah mereka yang merestui perkawinan. Orang yang nyirami disebut Panjurung. Syarat bagi pengantin puteri yang nyiram juga puteri begitu juga pengantin kakung/pria juga yang nyirami pria. Panjurung harus sudah berkeluarga dan punya putera, jumlah 7 orang lalu terakhir orang tua pengantin. Jadi jumlahnya penyiraman ada 9. Namun kebiasaan sekarang boleh lebih dari 7 orang.
Sesaji Siraman Pengantin
Sesaji Siraman : tumpeng robyong, tumpeng gundul, jenang bubur merah putih, jajan pasar, kembang borah, tebu wulung setangkep (sepasang), ayam hidup, kendhi klenthing berisi air 7 sumur mata air, kemabang setaman.
Air Siraman : air pamorsih, bunga setaman seperti bunga 7 rupa.
Alas Dhudhuk bagi calon pengantin : klasa Bangka, klasa pandan anyar/baru, daun opo-opo, daun kluwih, daun kara, alang-alang, dhadhap serep, mojo. Semuanya di bungkus kain mori putih, kain tutup : letrek jingga, bangun tulak, sindurlwatan, sembagi, yuyu sekandhang, mayang mekar, lurik nuluh watu.
Kosok (gosong)siraman terdiri dari tepung beras 7 warna daun kemuning dan mangir. Cidhuk (gayung) siraman lebih bagus berbentuk siwur.
Prosesi Siraman
Calon pengantin berpakaian pasatan, hanya jarik kemben.
Mohon doa restu kepada Panjurung
Urutan Siraman :
Sesepuh paling tua, 3 kali menyiram lalu ibu-ibu semua 3 kali nyiram.
Ayah dan ibu pengantin terakhir kali, airnya dari kendi pamorsih lalu kendhinya dibanting sampai pecah sampai berujar “ora mecah-mecah kendhi, mecah pamore anakku”.
Gendhongan lalu pengantin di gendhong orang tuanya ke kamar pangantin.
Kirim toya/air pamorsih siraman kepada calon pengantin pria sehingga siraman memakai air yang sama.
Sesudah siraman, masuk pada acara halup-halupan yakni pengeringan rambut memakai ratus wangi oleh perias, barulah pengantin dipaes.

Midodareni


Midodareni adalah acara malam menjelang dilangsungkannya upacara ijab dan panggih penganten, hanya keluarga pengantin puteri yang mengadakan sedangkan pengantin pria dan keluarganya hadir untuk memperkenalkan diri. Upacara ini bersifat sakral. Pengantinnya sudah melaksanakan upacara siraman siang harinya, sehingga pengantin dianggap sudah bersih, rapi, suci dan raga lahir batinnya sudah siap. Dengan malam midodareni diharapkan pengantin nantinya menjadi cantik seperti bidadari.
Prosesi upacara midodareni meliputi:
1.      Jonggolan, pengenalan diri pengantin pria kepada keluarga pengantin wanita.
2.      Midodareni, memohon berkah Allah swt akan hadirnya bidadari.
3.      Berkenalan, setiap anggota keluarga pengantin pria dan pengantin wanita diperkenalkan satu per satu.
4.      Selamatan tengah malam yang selamatan majemukan.

Sesaji dalam upacara midodareni hanya ada satu yakni kembar mayang.





Penggunaan Bahasa Indonesia secara baik dan benar

Bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa baku, baik kaidah untuk bahasa baku tertulis maupun bahasa baku lisan. Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar artinya sebagai pemakaian kata-kata dalam ragam bahasa yang serasi dan selaras dengan sasaran atau tujuannya dan yang terlebih penting lagi adalah mengikuti kaidah bahasa yang baik dan benar.
Ciri-ciri ragam bahasa baku sebagai berikut:
1.      Penggunaan kaidah tata bahasa normatif. Misalnya dengan penerapan pola kalimat yang baku, acara itu sedang kami ikuti dan bukan acara itu kami sedang ikuti.
2.      Penggunaan kata-kata baku. Misal cantik sekali bukan cantik banget, uang bukan duit, tidak mudah bukan nggak gampang.
3.      Penggunaan ejaan resmi dalam ragam tulis. Ejaan yang kini berlaku dalam bahasa Indonesia adalah ejaan yang disempurnakan (EYD). Bahasa baku harus mengikuti aturan EYD.
4.      Penggunaan ejaan resmi dalam ragam lisan. Meskipun hingga saat ini belum ada hafal baku yang sudah diterapkam, secara umum dapat dikatakan bahwa lafal baku adalah lafal yang bebas dari cirri-ciri lafal dialek atau bahasa daerah.
5.      Penggunaan kalimat secara efektif. Bahasa mengharuskan komunikasi efektif. Pesan pembaca atau penulis harus diterima oleh pendengar atau pembaca persis sesuai maksud aslinya.




Kamis, 03 Oktober 2013

SESAJI KEMBAR MAYANG


KEMBAR MAYANG
Kembang Mayang adalah sepasang rangkaian hiasan dari beberapa buah dan bunga. Kembang mayang dipercaya sebagai kembang yang sakral, sebuah sarana pada temu penganten Jawa.   Maknanya sebagai perlambangan terbentuknya keluarga baru. Kembang Mayang merupakan bunga pinang yang mekar, berurai indah dan berbau wangi. Kembang ini melambangkan kemeriahan, kesakralan, keagungan dan keindahan dalam acara pernikahan para bangsawan atau penobatan raja karena dianggap baik dan penuh makna budaya ini kemudian menjadi sebuah keharusan yang bersifat sakral. Bermula dari Legenda lakon partakrama. Dewi Supraba bersedia dipersunting Dananjaya dengan syarat sebagai “bebana” sang Dewi minta “kembar mayang khayangan” berupa “klepu jayadaru dewadaru”. Klepu adalah kayu kalpataru dianggap sebagai pohon kehidupan yang berpengaruh baik terhadap lingkungan. Mpohon ini didambakan oleh Dewi Supraba. Untung ada para Pandawa yang sanggup meminjam kembar mayang ini dari khayangan. Tujuan dari ditampilkannya kembar mayang sebagai berikut:
1.      Untuk acara temu penganten
2.      Sebagai penangkal bahaya
3.      Penghormatan pelantikan pejabat
4.      Penghargaan terhadap seseorang yang telah bertindak sebagai pahlawan.
Kembar mayang yang dipakai untuk temu pengantin berperan sebagai pasren yakni perhiasan yang ditaruh disebelah kiri dan kanan dekat kursi pengantin wewarah yakni petunjuk, nasehat mengarungi hidup baru.
Sesaji Kembar Mayang
Bahan-bahan untuk membuat kembang mayang yaitu:
1.      Batang pisang perlambang tahan hidup, lurus, kuat, mudah menyesuaikan diri walau iklim selalu berubah, dahannya selalu berair dingin menandakan tentram.
2.      Mayang, Bunga Pinang maknanya indah dan semerbak wangi.
3.       Janur kuning, warna keemasan menandakan kemegahan, bahagia.
4.      Daun andong, hijau panjang menjuntai bermakna penuh penghormatan
5.      Daun Girang menandakan ceria gembira.
6.      Daun Beringin bermakna kokoh mengayomi, memasyarakat, member kesejukan.
7.      Cengkir gadhing bermakna suci, penuh harapan dan teguh hati.
8.      Nanas bermakna indah, nyaman, menawan, segar.
9.      Melati putih bersih dan wangi bermakna kasih suci hingga sanubari.
10.  Kembang Kanthil maknanya selalu ingin dekat, damai, aman dan bahagia.
11.  Padi dan kapas maknanya kemakmuran sandang pangan.
12.  Tebu wulung bermakna teguh lurus, segar, manis.
13.  Beberapa daun lain sebagai keselaman dan kemuliaan.
Syarat pembuatan dan kegunaan kembang mayang
1.      Harus memakai bahan pilihan trebaik, harus dikerjakan dalam waktu tak ada keperluan lain, sekali membuat harus bisa jadi dan selesai, tidak boleh ditunda atau dilanjutkan jam atau hari lain, dikerjakan diruang yang bersih dan terhormat, pekerjaan di awali dengan doa dan diakhiri dengan doa syukur.
2.      Acara ngupadi untuk memperoleh bahan-bahan kembang mayang.
Secara adat ada tiga pameran pencari kembang mayang yaitu:
·         Orang tua pengantin maknanya memberi bekal hidup.
·         Wakil ngupadi yaitu ‘penjaga’ kembar mayang maknanya sebagai penasehat bahwa sarana ini hanya ‘meminjam’ yang didapat dari perjuangan berat, maka pengantin harus menebusnya dengan selalu berjuang bagi kehidupan rumah tangganya.
·         Bidadari-bidadari pengawal kembar mayang maknanya awal dari kemegahan ini jangan sampai hanya hari ini tetapi keluarga baru ini harus selalu berjuang agar masa depan mempunyai kehidupan segemerlap ini.
3.      Kembar mayang diletakkan tepat pada malam hari midodareni di depan kiri kanan kursi pengantin diiringi gending khusus ilir-ilir.
4.      Kembar mayang sebagai pendamping temu dalam upacara panggih. Ada beberapa cara :
ü  Dibiarkan tetap di depan pekaminan.
ü  Dibawa masing-masing untuk pendamping pengantin puteri dan putera.
ü  Masing-masing kembang lalu dipertukarkan.
ü  Kembar mayang diangkat untuk mendampingi kedatangan pengantin pria.
5.      Pengembalian kembar mayang kepada pemiliknya di maksudkan kembang mayang ini hanya pinjaman, maka harus dikembalikan kepada pemiliknya yakni Pencipta Alam. Caranya dengan kembar mayang ditaruh di perempatan jalan, dilabuh di sungai. Namun sekarang sudah mengalami perubahan yaitu membuangnya ke laut jika kejauhan bisa juga di buang di hutan.